Jawabannya nggak cuma soal teknis kamera, tapi juga soal strategi, tren, dan sedikit insting. Di marketplace sebesar Shutterstock, persaingan itu nyata—jutaan foto baru muncul tiap bulan. Kalau kamu ingin fotomu dilirik dan dibeli, kamu perlu paham jenis foto yang paling laku di Shutterstock tahun ini dan cara memolesnya agar ramah pencarian.
Di artikel ini, aku berbagi insight berbasis pengalaman, riset tren, dan pola belanja kreator konten. Kita akan bahas kategori panas, foto yang timeless, sampai trik agar fotomu nggak hanya di-upload, tapi juga menghasilkan.
{getToc} $title={Daftar Isi} $count={Boolean} $expanded={Boolean}
1. Tren Foto di Shutterstock yang Lagi Naik Daun
Tren visual berputar seperti mode—selalu ada yang kembali, selalu ada yang baru. Di Shutterstock, tren biasanya ditarik oleh kebutuhan iklan, media sosial, publishing, dan brand storytelling. Jadi, kalau kamu ingin menembak akurat, pahami konteksnya.
A. Lifestyle yang Natural dan Autentik
Publik makin alergi dengan gambar “terlalu stocky”. Yang dicari adalah momen autentik: tawa lepas, detail kecil, interaksi yang nggak kaku. Contohnya: seseorang menyeruput kopi di balkon saat golden hour, dua teman tertawa di taman, pasangan masak sederhana di dapur kecil. Visual seperti ini terasa dekat dan relatable.
- Tips teknis: manfaatkan cahaya alami (golden hour juara), jaga white balance netral, dan edit secukupnya.
- Tips directing: hindari pose kaku—biarkan model bergerak, ngobrol, dan be themselves.
- Nilai unik: tampilkan ketidaksempurnaan manis: rambut berantakan, tawa pecah, atau flare matahari tipis.
Kenapa laku? Brand ingin bercerita. Foto lifestyle natural memberi ruang narasi tanpa terasa “settingan”. Itu sebabnya jenis foto yang paling laku di Shutterstock tahun ini sering berasal dari set sederhana tapi jujur.
B. Kesehatan, Kebugaran, dan Wellness
Dari yoga di taman sampai meal prep sehat, tema sehat masih mendominasi. Foto orang mengikat tali sepatu sebelum lari pagi dengan cahaya matahari menembus pepohonan? Laris untuk blog fitness, brand sepatu, sampai aplikasi kesehatan.
- Detail yang dijual: tetesan keringat, napas hangat di udara pagi, tekstur pakaian olahraga.
- Properti up-to-date: smartwatch, wireless earbuds, botol minum stainless, mat yoga travel-friendly.
- Variasi subjek: tampilkan keberagaman usia, body type, dan level aktivitas biar relevan luas.
C. Remote Work & Digital Nomad
Kerja jarak jauh bukan tren sesaat. Visual meja kerja minimalis, call via laptop, coworking, atau bekerja dari kafe tepi jendela tetap dicari. Kuncinya: modern, bersih, dan realistis.
- Hindari kesan jadul: gunakan perangkat kekinian (laptop tipis, ponsel terkini), hindari antarmuka OS usang.
- Komposisi rapi: negative space penting untuk copywriting; sisakan area kosong di kiri/kanan.
- Story hook: sisipkan elemen kehidupan—cangkir kopi, notes tempel, atau tanaman kecil.
Baca Juga: 5 Rahasia Foto Cepat Laku di Shutterstock
2. Kategori Foto yang Selalu Dicari Sepanjang Tahun
Selain tren musiman, ada kategori “abadi” yang selalu punya pasar. Kalau kamu butuh pondasi portofolio, main di kategori ini.
A. Bisnis dan Teknologi
Artikel soal startup, investasi, AI, atau transformasi digital butuh visual konsisten. Tangan memegang smartphone dengan grafik naik, teamwork di ruang meeting modern, close-up kode di layar—semuanya evergreen.
- Aktualisasi alat: perangkat modern membuat fotomu terasa “hari ini”.
- Konsep jelas: growth, keamanan data, kolaborasi, produktivitas—interpretasi visual harus mudah dibaca.
- Legal aman: hindari logo, UI berpemilik, atau data sensitif di layar.
B. Alam dan Lanskap
Gunung berkabut, pantai berawan dramatis, hutan dengan sinar menembus kanopi—visual yang selalu dicari untuk kalender, poster, wallpaper, dan promosi wisata.
- Timing: golden hour dan blue hour memberi dimensi dan mood dramatis.
- Teknis: gunakan tripod untuk ketajaman maksimal; bracket exposure kalau perlu.
- Human touch: tambahkan siluet manusia kecil untuk skala dan emosi.
C. Food Photography
Tak ada yang mengalahkan makanan yang terlihat segar. Dari street food hingga fine dining, visual yang menggugah selalu laku—untuk brand kuliner, blog resep, sampai kemasan.
- Styling: props serasi, alat makan matte, linen netral—biar makanan jadi bintang.
- Fresh look: oles minyak tipis di sayur/grill untuk kilau sehat; ganti garnish saat layu.
- Angle favorit: 45° untuk plating, top-down (flat lay) untuk meja rame, eye-level untuk burger/sandwich.
Kombinasikan kategori ini dengan pendekatan autentik, dan kamu makin dekat ke jenis foto yang paling laku di Shutterstock tahun ini.
Baca Juga: 7 Rahasia Foto Makanan yang Laris di Microstock
3. Strategi Supaya Foto Cepat Terjual
Punya foto bagus itu baik, tapi membuatnya mudah ditemukan itu krusial. Di sinilah SEO gambar bekerja—bukan sekadar untuk Google, tapi juga untuk mesin pencari internal Shutterstock.
A. Riset Keyword Sebelum Upload
Bayangkan pembeli mengetik: “cozy coffee shop with laptop natural light”. Kalau keyword-mu cuma “coffee, laptop”, fotomu akan tenggelam. Pakai kata kunci inti dan turunan (LSI) yang spesifik dan natural.
- Langkah cepat: ketik kata kunci di Shutterstock, lihat auto-suggestion, cek top sellers & tag mereka.
- Formula judul: subject + action + context + mood (misal: “Young woman reading book on balcony at golden hour, cozy lifestyle”).
- Tag efektif: 25–40 tag relevan, urutkan yang paling penting di awal.
Ingat untuk menyelipkan frasa utama seperti jenis foto yang paling laku di Shutterstock tahun ini di deskripsi atau artikel pendukungmu (misal di blog pribadi yang mengarahkan ke portofolio).
B. Unggah di Waktu yang Tepat (Musiman)
Konten seasonal harus “datang lebih awal”. Natal? Unggah Oktober. Musim panas? Unggah awal musim semi. Tujuannya memberi waktu indeksasi dan momentum pencarian meningkat.
- Q4: liburan, natal, tahun baru, belanja, resolusi, 202X trends.
- Q2–Q3: travel, outdoor, festival, olahraga air, piknik.
- Event lokal: hari besar keagamaan atau budaya—pastikan rilis model/properti sesuai.
C. Kualitas Teknis yang Konsisten
Shutterstock ketat soal teknis. Foto blur, noise tinggi, banding, atau over-sharpen rentan ditolak dan jarang laku.
- Workflow mantap: potret RAW → koreksi exposure/WB → kurasi ketat → export resolusi tinggi.
- Keep it natural: grading tipis, warna bersih, kontras wajar—agar fleksibel bagi pembeli.
- Variasi framing: sediakan versi copy space kiri/kanan untuk kebutuhan desain.
D. Bangun Seri, Bukan Satu Gambar
Pembeli suka pilihan. Upload seri 6–12 foto dari satu scene: wide, medium, close-up, detail. Ini menaikkan peluang muncul di lebih banyak pencarian sekaligus memenuhi kebutuhan kampanye multi-asset.
4. Kesalahan yang Sering Menghambat Penjualan
Terkadang masalahnya bukan di kamera, tapi di strategi.
A. Terlalu Generik
Kalau visualmu sama dengan ribuan foto lain, pembeli tak punya alasan memilih. Cari sudut unik, mainkan foreground/background, atau temukan gesture autentik yang jarang.
B. Abai Legal: Model/Property Release
Logo brand, UI software, arsitektur berhak cipta, atau wajah tanpa model release bisa bikin konten ditolak. Unduh template release resmi, simpan rapi, dan upload bersamaan dengan foto.
C. Upload Tanpa Riset
Seperti jual es krim saat hujan deras. Minimal cek Contributor blog, Google Trends, atau keyword volume sebelum memotret. Riset 10 menit bisa menyelamatkan jam pemotretan.
Baca Juga: 7 Cara Upload Foto ke Shutterstock agar Cepat Approve
5. Membaca Perilaku Pembeli di Shutterstock
Secara garis besar, ada dua tipe pembeli:
- Pembeli umum: butuh visual cepat untuk blog, poster, feed. Suka foto simple, clean, mudah dipakai.
- Pembeli profesional: agency/brand, cari visual spesifik dengan kualitas teknis tinggi dan fleksibilitas layout.
Implikasinya? Siapkan dua jalur: konten sederhana ber-volume tinggi untuk perputaran cepat, dan konten tematik berkualitas tinggi untuk harga/royalti lebih besar. Ini menyeimbangkan portofolio sehingga kamu tetap relevan dengan jenis foto yang paling laku di Shutterstock tahun ini.
Baca Juga: 7 Rahasia Memilih Niche Foto untuk Shutterstock
6. Tips Bonus untuk Dongkrak Penjualan
A. Konsistensi Upload & Kurasi
Algoritma menyukai akun aktif. Jadwalkan upload kecil tapi rutin—misal 15–30 foto per minggu. Kurasi ketat: lebih baik 10 foto kuat daripada 50 foto mirip.
B. Caption yang Bercerita
Deskripsi yang kaya konteks membantu mesin dan manusia. Jelaskan siapa, apa, di mana, suasana, dan potensi penggunaan. Sisipkan LSI secara alami tanpa keyword stuffing.
C. Diversifikasi Model & Setting
Tampilkan beragam usia, profesi, dan latar budaya. Brand global mencari representasi yang inklusif dan realistis.
D. Analisis Performa & Iterasi
Cek dashboard penjualan: foto mana yang sering dilihat/dibeli? Duplikasi sukses: ambil ulang dengan variasi lokasi, outfit, atau mood. Buat sequels untuk aset yang perform.
E. Kolaborasi Mikro
Ajak teman jadi model, barter dengan barista/koki untuk akses lokasi, atau kerja sama dengan UMKM. Kamu dapat konten autentik; mereka dapat aset visual untuk promosi—win-win.
Baca Juga: 7 Cara Konsisten Upload Foto Setiap Hari
Kesimpulan: Strategi + Konsistensi = Penjualan
Jenis foto yang paling laku di Shutterstock tahun ini didominasi lifestyle autentik, kesehatan & kebugaran, bisnis modern, alam, dan kuliner. Namun, rahasianya bukan sekadar tema—melainkan riset keyword yang jeli, kualitas teknis rapi, legal bersih, serta konsistensi upload. Bangun seri, siapkan copy space, tulis caption bercerita, dan pelajari perilaku pembeli. Foto terbaik bukan hanya yang indah, tapi yang punya pasar dan siap dipakai.
Kalau kamu serius, anggap ini investasi waktu. Foto yang kamu unggah hari ini bisa terjual berulang kali selama bertahun-tahun. Jadi, siapkan konsep, lakukan riset, eksekusi dengan rapi, lalu unggah secara konsisten. Saat notifikasi “terjual” muncul berkali-kali, kamu akan paham kenapa ketekunan selalu menang.